Nama lengkapnya Agus Teja Sentosa, S.Sn. Musisi Bali ini memiliki kegilaan terhadap alat musik tiup tradisional atau kita menyebutnya seruling. Namanya melambung lewat tembang "Morning Happiness" berirama khas Bali. Bukan hanya seruling bambu khas Indonesia saja yang dimainkan, Gus Teja juga kerap menggunakan alat musik tiup dari berbagai negara dalam lagu-lagunya. Uniknya, sebagian besar alat musik yang ia pakai adalah hasil kreasi dan ciptaannya sendiri.
Kegemaran Gus Teja memainkan suling diakui sejak masih kecil. "Saat masih kecil, saya masih ingat ketika saya merengek-rengek minta dibelikan sebuah suling yang dijual orang tua renta yang kebetulan lewat didepan rumah. Saya sangat menyukai alat musik yang satu ini. Selain bentuknya kecil, gampang dibawa dan suaranya merdu. Pokoknya tiap melihat suling , saya selalu penasaran dan penasaran lagi.", kenangnya.
"Saya kerap main suling di jalan, sampai-sampai saya dikatakan mirip orang gila. Karena tak jauh dari tempat saya tinggal saat itu, ada orang gila berambut gimbal yang senang main suling di jalan, he...he...", ucap Gus Teja.
Gus Teja mengkoleksi dan menggunakan 20 alat musik tiup dari berbagai belahan dunia, seperti Native American, panflute, ocarina, hulusi, bansuri, quena, dizi, dan penny whistle. Menurut Gus Teja, tiap alat musik tiup tersebut memiliki karakter suara dan teknik permainannya masing-masing. Hal inilah yang melambungkan nama Gus Teja di dunia hiburan baik lokal hingga mancanegara.
Pria kelahiran Karangasem, 20 April 1982 ini sejak duduk di bangku sekolah sangat menyukai musik tradisional. Maka ia pun kerap juga memainkan gamelan. Alumnus SMA 3 Denpasar ini melanjutkan kuliah di Institut Seni Indonesia (ISI) Denpasar mengambil jurusan Karawitan. Sempat pula membentuk sebuah band bernama "Bangken Dongkang". Dari pengalamannya menimba ilmu musik tradisional inilah membawa Gus Teja mengambil sebuah teknik dengan mengawinkan musik tradisional dengan musik modern dalam suguhan musik kontemporer instrumen.
Saat awal-awal membuat album musiknya, Gus Teja juga harus mengalami kepahitan dan kesukaran yang nantinya ini semua menghantarkan Gus Teja memanen kesuksesan. "Semua isi tabungan saya pertaruhkan untuk mimpi saya ini. Sebagai "masakan baru" yang belum dikenal masyarakat tentu butuh kesabaran dan energi untuk memperkenalkannya.", kata Gus Teja. Gus Teja harus mengalami pahitnya dibentak-bentak satpam dan diusir karena memakai pakaian ala seniman yang asal-asalan. "Maklum kalau seniman tidak seperti pegawai kantoran yang rapi dan berdasi, lebih kepada apa adanya dan membumi," ujar Gus Teja dengan santai.
Gus Teja pantang menyerah. Sampai akhirnya album yang sudah lama diimpikannya berhasil melejit dan melambungkan namanya di kancah industri musik bahkan penggemar Gus Teja mendunia, sampai ke Amerika, Eropa hingga Asia. Albumnya Rhytm of Paradise mulai dikenal masyarakat luas lewat salah satu lagunya "Morning Happiness". Tak sedikit orang Belgia dan Jepang mengirimkan surat permintaan agar Gus Teja mau manggung di kedua negara tersebut.
Penjualan albumnnya menembus angka 25.000 keping CD untuk penjualan lokal Bali saja. Selain itu album nya dengan band GTWM (Gus Teja Music World) juga dijual online di I-tunes dan Amazon.
Undangan untuk bermusik dan menghibur dunia pun mengalir berdatangan. Seperti Korea, Jepang, Malaysia hingga Amerika.
Sebuah inspirasi buat kita orang Indonesia. Bila memiliki kemampuan dan kemauan , maka halangan dan kepahitan rintangan adalah jalan mendaki yang membawa manusia ke puncak. Kalau tidak ada kesulitan, bukan kesukesan namanya.
Bila kita sedang menikmati makan di restoran di Denpasar, atau sekitar Bali, maka jangan asing dengan lantunan seruling Gus Teja yang begitu membahana, damai dan membawa penikmatnya kepada nuansa alam pedesaan yang rindang dan sejuk.
Tak salah kalau para penggemar Gus Teja dari berbagai belahan dunia mensejajarkan Gus Teja dengan Yani dan Kitaro, 2 tokoh inspirasi musik instrumental dunia.
Itulah salah satu karya seni anak bangsa yang mendunia dengan musik tradisional Bali.
Dan Nanti, 1 Oktober malam, dalam sesi penutupan Lovina Festival 2015, Lovina akan dibuai dalam nada - nada magis Seruling Gus Teja.
Lovina Festival 2015 "The Harmony & Peace of Lovina"