Di Bali terdapat berbagai budaya dan tradisi unik yang dijaga kelestariannya sampai saat ini, seperti halnya upacara Ngusaba Bukakak yang digelar oleh warga desa Sangsit, Kec. Sawan , Kab. Buleleng. Menjadi sebuah perhatian menarik, apalagi oleh pelancong yang kebetulan wisata di Bali, tentu menjadi bahan perhatian menarik yang tidak bisa dilewatkan begitu saja. Ritual ini dirayakan sekali setahun bertepatan pada Bulan penuh (purnama) sasih kedasa (bulan kesepuluh) pada kalender Hindu atau di bulan April pada penanggalan Masehi, tujuannya sebagai rasa terima kasih warga kepada Dewi Kesuburan atas segalad anugerah kesuburan yang telah diberikan dan mengharap lagi supaya hasil pertanian berikutnya tambah berlimpah.
Belum diketahui secara pasti kapan awalnya tradisi Ngusaba Bukakak ini dimulai, namun apa yang telah ada adalah warisan dari leluhur dan kita sebagai penerusnya wajib untuk melestarikannya. Memang sangat beralasan sekali, tanah pertanian di Sangsit ini terbilang cukup luas, gembur dan subur, hampir sebagian besar warganya memiliki mata pencaharian sebagai petani, sehingga sangat beralasan kenapa tradisi ini bisa berlangsung sampai sekarang, ditambah lagi warga memang taat sekali menjaga nilai-nilai luhur dari tradisi yang diwariskan pendahulunya.
Desa Sangsit tempat tradisi Bukakak berlangsung terletak 8 km sebelah Timur kota Singaraja, sedangkan dari objek wisata pantai Lovina hanya berselang 30 menit berkendaraan dan dari pusat kota Denpasar sekitar 87 km anda bisa melewati jalur Mengwi - Bedugul - Wanagiri, jika tidak ingin ribet bisa sewa mobil plus supir atau ikut paket tour yang telah disediakan, walaupun mudah dijangkau namun anda bisa lebih santai menikmati perjalanan.
Kata Bukakak dalam kaitannya dengan tradisi ini berarti babi guling yang dibuat matang pada bagian dadanya saja. Babi harus hitam legam, pada bagian kiri dan kanan bulu-bulunya dibersihkan agar kelihatan kulitnya yang putih dan pada bagian bulu punggungnya dibiarkan terlihat berwarna hitam. Sehingga terlihat 3 warna berbeda di bagian dada berwarna merah karena dibuat matang, di bagian samping kiri dan kanan putih dan bagian punggung hitam. Dalam acara ritual babi guling ini ditempatkan di atas banten Sarad, kontruksi tempat dari bukakak ini terdiri dari 16 buah batang bambu dihiasi dengan daun enau muda (ambu) dan bunga pucuk bang.
Sebelum acara puncak dilaksanakan ada beberapa prosesi yang dilakukan seperti Melasti sebuah prosesi pembersihan pratima serta perlengkapan upacara ke pantai yang sudah ditentukan, kemudian Ngusaba Uma, upacara Ngambang atau Senggang pada saat inilah warga membuat 3 dangsil berbentuk segi empat yang terbuat dari pohon pinang dirangkai dengan bambu dihiasi daun enau bertumpang 7, 9 dan 11 yang sebagai lambang kekuatan Tri Murti yaitu Brahma, Wisnu dan Siwa. Dan pada hari ke-4 piodalan digelar di pura Dalem dan pura Segara setempat dan puncaknya di hari ke-5 saat upacara Gedenin di pura Subak, warga yang terpilih mengusung bukakak diiringi dengan gamelan mengelilingi areal persawahan dan dimohonkan kegemburan dan kesuburan tanah pertanian.
Pelaksanaan tradisi upacara Ngusaba Bukakak di Sangsit ini pada awalnya digelar sekali dalam setahun, karena alasan biaya upacara tersebut sekarang dirayakan dua tahun sekali.
Sumber: www.balitours.com