Pegayaman Merupakan salah satu desa di Bali yang terletak
di Kecamatan Sukasada, Kabupaten Buleleng, Bali. Sejarah terbentuknya komunitas
Islam di desa ini berasal dari zaman Kerajaan Buleleng yakni pada pemerintahan
Ki Barak Panji Sakti dimana pada masa pemerintahaannya Ki Barak Panji Sakti
pernah membantu Kerajaan Mataram, dan atas jasanya beliau diberikan 100 orang
prajurit dan seekor gajah. Dimana keseratus orang ini adalah kelompok islam
pertama yang ada di Bali Utara yang kemudian menjadi cikal bakal terbentuknya
komunitas Islam di Desa Pegayaman.
Interaksi yang terjadi terhadap kelompok Muslim ini
seiring waktu dan generasi rupanya juga telah menciptakan kebudayaan baru yang
sering kita sebut dengan istilah akulturasi budaya. Proses akulturasi budaya
pada Desa Pegayaman ini selanjutnya menghasilkan beragam kebudayaan seperti,
menamai awalan nama anggota keluarga mereka berdasarkan tradisi Bali yakni,
Made, Ketut, Nyoman dll.
Dalam hal peribadatan dan perayaan hari raya suci Umat
Hindu dan Islam, toleransi dan gotong royong pada masyarakat di desa ini sangatlah
tinggi, hal ini terbukti pada saat hari Raya Nyepi serta Galungan dan Kuningan misalnya,
masyarakat muslim akan membantu membuat Ogoh-Ogoh dan juga menghentikan segala
aktivitas pada saat hari Raya Nyepi, kemudian pada hari raya Galungan dan
Kuningan, Umat Hindu juga turut memberikan makanan kepada umat Muslim disana
yang tentunya Halal.
Hal yang sama juga terjadi ketika Umat Muslim
mengadakan hari raya keagamaan seperti Idul Fitri, Idul Adha, dan Maulid Nabi,
juga pada saat kurban mereka akan melakukan “Ngejot” atau memberi makanan pada
tetangga sekitar rumah, selain itu mereka mengenal istilah Penapean (membuat
tape), Penyajahan (membuat jajan) dan Penampahan (penyembelihan hewan) dan
bahkan megibung pada saat berbuka di bulan puasa dimana tradisi ini sangat
mirip seperti kebudayaan yang ada di Bali. adapun Dalam hari raya Maulid Nabi
mereka meyakini sebagai hari otonan Nabi Muhammad sehingga diadakan perayaan
dengan membuat dan mengarak “Sokok Base”
dan “Sokok Taluh” tradisi ini merupakan upacara yang unik dan religius.
Adapun kesenian musik Burdah yang ada di Desa Pegayaman ini terbilang unik, karena jika diamati lagi maka terdapat perbedaan dari kesenian Burdah lainnya yang ada di luar daerah yakni lantunan setiap syairnya memiliki kesamaan dengan kidung yang ada di Bali juga anggota sekaa (kelompok) Burdah ini seluruhnya menggunakan busana khas Bali.
Sumber:
https://ojs.unud.ac.id/index.php/sastra/article/download/12389/8561
https://ejournal.undiksha.ac.id/index.php/JJPS/article/download/5380/4029