Objek wisata Jayaprana dan Layonsari merupakan sebuah situs sejarah yang menyimpan sebuah cerita berupa kisah romansa yang hampir sama dengan versi cerita Romeo & Juliet, Cerita mengenai Jayaprana dan Layonsari sangat terkenal pada kalangan masyarakat Buleleng, adapun cerita mengenai Jayaprana dan Layonsari adalah berfokus pada seorang anak yatim piatu bernama Jayaprana dimana dia adalah satu satunya anak yang selamat dari wabah penyakit yang menimpa keluarga beserta masyarakat di Desa Kalianget pada masa itu. Jayaprana sendiri kemudian diangkat oleh raja sebagai abdi kerajaan yang dihargai karena rasa tulus dan sifat rajin yang dimilikinya, sampai diusanya yang berumur 12 tahun Jayaprana sudah terlihat sangat matang dan parasnya yang tampan serta senyumnya yang manis.
Sampai disuatu ketika sang raja memberikan pilihan
kepada Jayaprana untuk mempersunting salah satu dayang istana maupun gadis
diluar istana sebagai pendamping hidupnya, meski tidak memiliki niat sama
sekali untuk menikah karena umurnya masih muda dan masih kanak-kanak namun
karena perasaan tidak bisa menolak dikarenakan Jayaprana sudah di rawat dan
dikasihi sejak kecil oleh sang raja maka jayaprana tetap mengiyakan perintah dari
sang raja. Akhirnya Jayaprana pada saat itu pun kemudian menemukan seorang
gadis dengan paras cantik dari seorang anak seorang Jero Bendesa di Banjar
Sekar.
Akhirnya setelah lama memendam rasa terhadap Ni Layonsari, Nyoman Jayaprana pun memberanikan diri menghadap Sang Raja demi untuk memberitahukan perihal hubungan mereka berdua yang mana Sri Baginda Raja juga menyetujui pernikahan tersebut seta mengirim utusannya untuk menyampaikan surat perihal pernikahan mereka berdua. Dari isi surat tersebut dipilihlah waktu berdasarkan kalender penanggalan umat hindu yakni hari Selasa Legi Kuningan.
Sampai pada hari yang sangat dinanti oleh Jayaprana dan Layonsari mereka berdua akhirnya melangsungkan pernikahan diistana. Saat menghadap raja, sang raja sangat terpesona dengan kecantikan Ni layonsari, Raja yang dasarnya sudah tergila-gila dengan Layonsari dan tidak bisa membendung perasaan terhadap Ni Layonsari akhirnya memiliki niat buruk terhadap pasangan baru tersebut yakni ingin meminang layonsari sebagai istrinya. Untuk mensiasati niat tersebut maka raja meminta beberapa pertimbangan terhadap semua abdi kerajaan sehingga diambil keputusan dengan mengirim Jayaprana untuk pergi ke Teluk Terima guna menyelidiki keberadaan perahu yang rusak dikarenakan adanya perompak dikawasan tersebut.
Meski usia pernikahan mereka masih tergolong muda yakni 7 hari bulan madu tapi Jayaprana masih tetap mengiyakan perintah tersebut karena perasaan hutang budi yang dimilikinya kepada raja, hingga akhirnya hari itu juga Jayaprana pun pamit kepada Layonsari untuk melaksanakan perintah tersebut. Meski merasa sangat sedih akhirnya Layonsari mengambil keputusan bijak dengan mengijinkan serta mendoakan suaminya tersebut agar selamat dalam menjalankan tugas sang raja.
Singkat cerita Jayaprana akhirnya berangkat menuju Teluk Terima dimana selama perjalanan ia sudah memiliki firasat buruk terhadap rombongan dari para utusan yang ikut bersamanya dan mengetahui bahwa ia akan dibunuh, Setibanya di Hutan Teluk Terima Patih Saunggaling sebagai utusan yang diperintahkan untuk mengeksekusi Jayaprana pun memberikan sepucuk surat yang mana isinya adalah perintah dari raja yang mengharuskan sang patih untuk membunuh Jayaprana. Setelah membaca surat perintah tersebut Jayaprana sangat merasa sedih dan kecewa, namun lagi-lagi karena perasaan hutang budi yang dimilikinya kepada raja Jayaprana pun mengizinkan Sang Patih untuk melaksanakan tugasnya. Sehingga dengan terpaksa dan berat hati Saunggaling menghunuskan kerisnya kearah dada sang Jayaprana.
Berita tentang kematian Jayaprana pun tersebar ke masyarakat sampai Ni Layonsari mengetahuinya ia pun tidak bisa menahan rasa sedih dan putus asa hingga ia kemudian memutuskan untuk mengakhiri hidupnya dengan hal yang sama yakni menghunuskan keris ke dada hingga ia meninggal. Raja yang mengetahui berita kematian Layonsari pun sangat sedih dan juga tidak bisa mendapatkan layonsari pada akhirnya memutuskan untuk mengakhiri hidupnya juga.
Sampai saat ini Makam Jayaprana & Layonsari masih dapat kita temui dan menjadi kawasan objek wisata yang berada di kawasan Desa Sumber Klampok, Kecamatan Gerokgak sekitar 78 Km dari kota singaraja dan terletak tepat di tengah hutan lindung Taman Nasional Bali Barat menjadikan tempat ini memiliki suasana yang sejuk. Di objek wisata ziarah ini terdapat sebuah bangunan suci untuk sembahyang dan memohon berkah. Puncak kunjungan biasanya terjadi pada saat upacara adat yang dilaksanakan setiap Anggara Kasih Kulantir. Hal unik yang terdapat dalam objek wisata ini adalah mitos yang masih diyakini masyarakat bahwa pasangan pengantin tidak diperbolehkan mengunjungi ataupun melewati jalan menuju objek wisata ini
Sumber:
https://disbud.bulelengkab.go.id/informasi/detail/artikel/jayaprana-layonsari-99