(0362)21342
disparbuleleng@yahoo.com
Dinas Pariwisata

RINGKASAN SEJARAH LAHIRNYA KOTA SINGARAJA

Admin dispar | 30 Maret 2023 | 84 kali

Sejarah Kota Singaraja tidak bisa lepas dari munculnya seorang penguasa di Bali Utara, pada abad XVII yang berhasil membangun daerah tersebut sehingga maju dan disegani oleh daerah-daerah lain, baik yang ada di Bali maupun di luar Bali. beliau adalah I Gusti Ngurah Panji Sakti putra dari dalem sagening yang pusat kekuasaannya di Gelgel dan ibunya bernama Si Luh Pasek Panji.

Masa pemerintahan I Gusti Ngurah Panji Sakti di Bali Utara cukup lama kurang lebih  81 tahun yaitu dari tahun 1599-1680. Beliau bersama ibunya diperintahkan kembali ke Den Bukit oleh ayahandanya, yaitu Dalem Sagening disertai pasukan pengawal sebanyak 40 orang dengan pimpinannya Ki Kadosot dan Ki Dumpyung. Dalem Sagening memberikan bekal Ki Barak (nama kecil  I Gusti Ngurah Panji Sakti)  sebuah tombak, yang kemudian terkenal dengan nama "Pangkaja Tatwa" dan sebuah keris anugrah  dewata bernama "Ki Mudaran Cacaran Babang".

Setelah sampai di Desa Panji, beliau tinggal bersama ibundanya Si Luh Pasek Panji di rumah kakeknya bernama Pasek Gobleg, sedangkan pengiringnya berjumlah 40 orang kembali ke Gelgel kecuali Ki Kadosot dan Ki Dumpyung, yang selalu mengemban dan mendampingi Ki Barak Panji Sakti, sesuai dengan tugas yang diberikan oleh Dalem Sagening.

Pada waktu itu di daerah Gendis, dikuasai oleh seorang penguasa bernama Pungakan Gendis yang menurut cerita suka bermain judi dan mabuk mabukan, karena itu ia kurang disenangi oleh rakyatnya.

Setelah Ki Barak menginjak dewasa dan berkat bimbingan dari Ki Kadosot dan Ki Dumpyung beliau menjadi seorang pemuda yang mempunyai karisma dan mempunyai daya tarik tersendiri, sehingga sangat disenangi dan disayangi oleh lingkungannya dan selanjutnya diceritakan bahwa Ki Barak Panji dapat mengalahkan Ki Pungakan Gendis. Mulai saat itu Ki Barak Panji Sakti oleh masyarakat Gendis  dipercaya untuk menjadi pemimpinnya.

Masyarakat desa Gendis sangat terkagum - kagum setelah Ki Barak Panji Sakti dapat membantu kandasnya sebuah perahu milik saudagar dari cina dan saudagar dari cina tersebut menghadiahkan banyak barang- barang seperti kain-kain sutra, barang-barang keramik yang dibawa oleh saudagar cina tersebut. Setelah kejadian di segara penimbangan tersebut, beliau kemudian secara aklamasi dianggkat sebagai penguasa daerah Gendis, dan selanjutnya beliau membangun sebuah istana di desa Panji. kemudian menyunting anak satu-satunya Ki Pungakan Gendis menjad permaisurinya setelah menjadi penguasa di Panji, beliau segera berencana membentuk satu kelompok prajurit sebagai bhayangkara daerahnya kemudian prajurit tersebut terkenal dengan nama "Taruna Goak"

Karena pertimbangan-pertimbangan politis dan strategis, I Gusti Ngurah Panji Sakti memindahkan ibu kotanya yang didiami hampir sepuluh tahun ke arah timur, yaitu Sukasada. Di istana yang baru inilah bintang beliau secara cepat bersinar terang, karena prajurit Taruna Goaknya semakin kuat berkat merekrut tenaga-tenaga pelarian dari VOC, seperti Hendrik Berede Roode dengan anak buahnya, dan diangkat sebaga instuktur Taruna Goak.

setelah merasa diri kuat sesuai petunjuk pawisik yang diterima dan setelah 9 tahun pemerintahannya di Istana Sukasada. I Gusti Ngurah Panji Sakti menyerang daerah Blambangan. dalam penyerangan tersebut akal dan pikiran yang cemerlang beliau bekerjasama dengan prajurit Mataram pimpinan Tumenggung Danupaya (Tahun 1602 M). Dari kerjasama ini dalam waktu yang relatif singkat, Blambangan dapat ditaklukkan.

Kemenangan terhadap Blambangan disamping kegembiraan bagi Prajurit Goak, tetapi sekaligus juga kesedihan, karena putra I Gusti Ngurah Panji Sakti yang ketiga yang lahir dari permaisuri Ni Ayu Juruh gugur dalam pertempuran hal ini sangat dirasakan sebagai pukulan yang hebat bagi beliau, karena Ki Danu Dresta sangat diharapkan nantinya sebagai pengganti beliau. akibat hal itu, beliau mengasingkan diri ke sebelah utara Sukasada, di mana di daerah tegalan tersebut tumbuh pohon Buleleng (Jagung Gembal).

Sejanjutnya setelah 18 tahun beliau beristana di Sukasada, secara bertahap ditinggalkannya dan dibangunlah istana yang baru di sebelah utara Sukasada, dan istana yang baru tersebut di beri nama Singaraja, yang menurut perhitungan hari waktu itu jatuh pada tanggaL 30 MARET 1604 untuk mengenang keperkasaan I Gusti Ngurah Panji Sakti, seperti seekor singa dari puri inilah, berkembang pembentukan kota baru yang kita kenal bernama Kota Singaraja.


Sumber : Bagian Humas dan Protokol Setda Kabupaten Buleleng