Temuan Goa di Suwug, Buleleng Diduga Peninggalan Tentara Jepang
Admin dispar | 12 November 2016 | 1035 kali
Jurnalpatrolinews–Buleleng : Temuan goa di Banjar Dinas Sabi, Desa Suwug, Kecamatan Sawan, Kabupaten Buleleng, Bali diduga peninggalan masa penjajahan Jepang.
Dugaan itu dilontarkan peneliti dari Balai Arkeologi Denpasar, saat mendatangi lokasi penemuan goa yang ada di areal Pura Lebah, Desa Suwug, Kamis (10/11) siang.
Balai Arkeologi Denpasar sendiri melakukan peninjauan, dua pekan berselang setelah goa ditemukan pada 27 Oktober lalu..
Tim dari Balai Arkeologi Denpasar dipimpin oleh Nyoman Sunarya, peneliti di Balai Arkeologi dating ke lokasi didampingi Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Buleleng Nyoman Sutrisna.
Mereka diterima Kelian Desa Pakraman Suwug I Wayan Nawa dan Perbekel Suwug I Wayan Antara. Tim peneliti hanya melakukan pengamatan selama kurang lebih 30 menit.
Mereka tak sampai masuk ke dalam goa, karena masih dipasangi garis polisi. Penelitian belum dilakukan, karena masih menanti instruksi lebih lanjut dari Balai Arkeologi.
Sunarya mengungkapkan, dari pengamatan sementara, diperkirakan goa itu adalah peninggalan masa kolonial, atau bisa juga dibuat pada jaman penjajahan Jepang.
Dari segi fungsi, goa kemungkinan besar digunakan sebagai lokasi persembunyian pada masa-masa tersebut. Apalagi goa itu dipahat dari batu apung yang diperkirakan peninggalan gunung berapi.
Meski ditemukan di areal pura, ia menduga goa itu tak berkaitan dengan aktifitas ritual di pura. Mengingat goa dengan fungsi ritual atau meditasi, biasanya memiliki pahatan arsitektur tersendiri yang berbentuk seperti ceruk untuk semedi, pilar, bahkan atap.
Namun kesemuanya dipahat di tebing. Goa untuk kepentingan ritual banyak ditemukan di daerah aliran sungai (DAS) Tukad Pakerisan.
“Kalau dari pengamatan, kemungkinan ini peninggalan kolonial atau setidak-tidaknya peninggalan jaman Jepang. Tapi ini hanya pengamatan sementara, dengan pertimbangan bentuknya. Karena goa-goa seperti ini yang kami temukan di Denpasar dan Badung, muncul pada masa itu. Fungsinya juga untuk persembunyian. Karena lokasinya juga cukup representatif untuk bersembunyi,” ujar Sunarya.
Namun, tak menutup kemungkinan goa itu memiliki fungsi yang lain. Sehingga dibutuhkan penelitian lebih lanjut.
Rencananya akan ada penelitian lebih lanjut dari tim peneliti masa Islam-Kolonial pada Badan Arkeologi Denpasar, yang akan melakukan penelitian.
“Apa yang saya sampaikan sekarang ini, bisa saja benar, bisa jadi salah. Tergantung hasil penelitian nanti. Karena ini baru pengamatan sepintas. Saat penggalian warga juga belum menemukan hal-hal lain, seperti gerabah, besi, atau tulisan-tulisan tertentu,” imbuhnya.
Kelian Desa Pakraman Suwug I Wayan Nawa mengaku masih menunggu penelitian lebih lanjut untuk mengungkap tabir goa tersebut, termasuk fungsinya.
“Kami ingin diungkap sejelas-jelasnya. Kami pasti sangat berharap ini bisa diteliti, supaya jelas ini goa apa, untuk apa, apakah ada keterkaitannya dengan pura kami atau sejarah desa kami,” kata Nawa.
Sementara itu Kepala Disbudpar Buleleng Nyoman Sutrisna mengatakan, pihaknya masih menunggu penelitian ahli terhadap goa tersebut. Sehingga identifikasi terhadap goa bisa dilakukan.
Disbudpar sendiri berencana mengusulkan goa tersebut sebagai sebuah cagar budaya, mengingat usianya yang diperkirakan sudah di atas 50 tahun.
”Kami masih menunggu keterangan pasti dari ahli soal goa ini. Karena katanya ini perlu penelitian lebih lanjut, jadi kami masih menunggu. Kalau sudah ada kepastian soal identifikasi goa ini, rencananya kami ajukan sebagai cagar budaya,” kata Sutrisna.
Untuk diketahui, dua buah goa ditemukan di kawasan Pura Lebah, Banjar Dinas Sabi, Desa Suwug, Kecamatan Sawan. Goa pertama dengan ukuran tinggi 180 cm dan lebar 170 cm, ditemukan pada 27 Oktober. Sementara goa kedua ditemukan pada 31 Oktober di kawasan yang sama. (JP ~ TiR).—
Download disini