(0362)21342
disparbuleleng@yahoo.com
Dinas Pariwisata

TARI SANGHYANG GANDRUNG DI SIDATAPA

Admin dispar | 03 Agustus 2017 | 2864 kali

A. SEJARAH TARI SANG HYANG GANDRUNG DI SIDATAPA

Tari Sang Hyang Gandrung merupakan tari sakral yang di pentaskan setiap 3 tahun sekali, selama 42 hari, diadakan setiap penanggal Bali, Bulan/Sasih sekitar bulan Agustus sampai September.

Mengenai sejarah adanya Tari Sanghyang Gandrung tidak ada sejarah secara khusus, melainkan Tari SangHyang Gandrung ini merupakan tari ciptaan seorang seniman, yang dimana seniman tersebut juga tidak diketahui oleh nara sumber karena lontar yang menyatakan tentang Tari Sanghyang Gandrung ini sudah hilang dibawa oleh aparat desa terdahulu.

Tari Sanghyang ini diciptakan untuk menghilangkan musibah atau wabah yang dalam bahasa Balinya disebut Mrana. Sedangkan Tari Gandrung diciptakan sebagai tari persembahan kepadsa para Dewa atas rahmat yang di berikan berupa panen yang melimpah kepada manusia. Dan dalam pementasannya yang terlebih dahulu di tarikan adalah Tari Gandrung kemudian disusul oleh Tari Sanghyang.

Tari Sanghyang Gandrung merupakan sebuah seni yang sudah termasuk ke dalam suatu Seni Sakral. Jika dilihat dari sudut seni, tari Sanghyang Gandrung ini memiliki nilai seni dilihat dari segi gerak tari, iringan gong dan iringan lagu yang dapat menghibur dan memberikan tuntunan bagi orang yang menontonnya. Dan Tari Sanghyang Gandrung juga memiliki nilai sakral dilihat dari mulai persiapan pementasannya yang menggunakan banten tubungan (canang lembaran), pementasannya dipentaskan di areal Pura (jaba sisi) dan pementasannya setiap tiga tahun sekali serta tari Sanghyang gandrung ini memiliki fungsi dan makna yang sangat penting bagi masyarakat setempat.

Untuk hal-hal yang berkaitan khusus tentang Tari Sanghyang Gandrung terutama dilihat dari kostum penarinya disini kostum yang dipakai oleh penari sangatlah sederhana. Dikatakan kostumnya sederhana karena tidak menggunakan pakean tari pada umumnya yang sering kita lihat, melainkan penarinya memakai pakaianya yang mereka miliki sendiri dan seadanya. Adapun pakaian untuk penari wanitanya (penari Sanghyang), mereka memakai kamen, sabuk lilit (bebet), angkin, selendang rembang,dan hiasan kepala berupa bunga mas. Dan untuk penari pria (penari Gandrung) pakaiannya tidak jauh beda dengan penari sanghyang, yang membedakannya hanya di hiasan kepala. Penari Gandrung menggunakan hiasan kepala berupa hiasan tombol rejang tetapi ditambahkan dengan rumbai-rumbai dari tali plastik. Dalam pemakaian khusus tidak dituntun warna-warna khusus dan yang di tonjolkan disini adalah pemakaian kipas.

A. Pengertian Tari Sang Hyang Gandrung

Tari Sang Hyang dipentaskan oleh dua orang penari wanita yang masih bujang atau lebih, dimana ini merupakan simbolis dari penari kahyangan (Dedari). Tari Gandrung dipentaskan oleh dua orang penari laki-laki yang masih bujang atau lebih, dimana ini merupakan simbolis dari roh-roh (Butakala) sesuai dengan namanya Gandrung yang artinya digandrungi/disenangi oleh Gandaruwo/Buta kala. Dengan mementasan tarian ini semua roh-roh jahat yang bersifat negatif merasa terhibur untuk menyaksiakan pementasan tarian ini, para Buta Kala senang menyaksikan pementasan ini.

Upacara Sanghyang Gandrung merupakan tari sakral yang dipentaskan setiap 3 tahun sekali, selama 42 hari, diadakan setiap penanggalan bali Bulan /sasih karo-ketiga,sekitar bulan Agustus s/d September. Tujuan utama daripada mengadakan upacara Sanghyang Gandrung adalah untuk penolak bala (penanggluk merana ) dimana roh-roh seperti buta kala diberikan sesajen caru berupa tumpeng yang berwarna (panca warna) ditaruh di bawah sanggah cucuk dipersembahkan kepada para Buta Kala. Tumpeng yang berwarna putih sebanyak 2 buah ditaruh di sanggah cucuk dipersembahkan kepada Tuhan penguasa/pengendali para Buta Kala.

B. Rangkaian upacara Sanghyang Gandrung dari awal adalah sebagai berikut :

1. Diawali dengan nguduhang urak (menjalan arah-arah) dengan membawa lontar tertulis mengenai pelaksanaan upacara dan memberitahukan kepada kerama desa untuk membayar urunan dan ngaturang papeson sesuai dengan yang ditugaskan masing-masing kerama desa
2. Selanjutnya 3 ( tiga ) hari setelah Urak berjalan, baru diadakan pelaksanaan upacara piuning dan pecaruan, diadakan di utara desa celagi upacara ini merupakan upacara awal tujuannya mempersembahkan sesaji kepada penguasa laut (Betara Segara) tujuannya untuk menetralisir nyomya roh-roh. Pengganggu yg datangnya dari segara (laut) selama 3 hari diiringi dengan pelaksanaan tabuh rah,malamnya dipentaskantarian sanghyang gandrung.
3. Selanjutnya upacara sama seperti diatas diadakan di bencingah pura puseh desa bale agung tujuannya untuk mempersembahkan kepada penguasa yang berada di pura puseh desa bale agung dan menetralisir roh-roh yang bersifat negatif.
4. Selanjutnya upacara sama seperti di atas diadakan di pemedal Pura Dalem (pemangkala) untuk mempersembahkan sesajen kepada penguasa yang berada di Pura Dalem tujuannya untuk menetralisir untuk roh-roh yng bersifat negatif dari alam kuburan.
5. Setiap pelaksanaan upacara ini dipentaskan tarian berupa Sanghyang Gandrung Gandrung pada malam harinya.
6. Setelah rangkaian upacara ini berjalan selama 9 hari, baru diberikan kesempatan kepada krama desa untuk mempersembahkan tarian Sanghyang Gandrung sampai genap rangkaian upacara selama selama 42 hari
7. Upacara terakhir dari semua rangkaian upacara ini, diadakan upacara pecaruan, tabuh rah, dan mempersembahkan tegen-tegenan berupa hasil tanaman (pala bungkah, pala rambat, pala gantung) dipersembahkan kepada Tuhan penguasa alam Dewa Sangkara.

C. Sarana/Banten yang digunakan sebelum pementasan Tari Sang Hyang Gandrung.

1. Tubungan (Canang lembaran), ini merupakan banten utama yang dipakai sebelum pementasan tari Sang Hyang Gandrung.dan adapun sarana pendukung dari canang Tubunagan ini adalah:
a. kelungah(kelapa muda)
b. canang sari
c. canang raka
d. Base Palpalan
e. caru
f. tikar
g. tuak
Yang mana perlengkapan banten ini dibawa oleh krama desa yang sudah menikah dan proses kekenan banten ini dilakukan secara bergilir.

2. Segehan panca warna, ini juga termasuk banten yang utama selain canang tubungan.

D. Nama –nama Tari Gandrung:
1. Tari Pelayonan
2. Tari Jang Galah Gandrung
3. Tari Pengerangrang
4. Tari Made Cenik
5. Tarian Topeng
6. Tari Baris
7. Jogedan Gandrung
8. Tari Ronggeng
9. tari Omang-omang

E. Nama-nama Tarian Sang Hyang
1. Tari Sekar Jepun
2. Tari Sekar Melati
3. Tari Sekar jamtit
4. Tari Rejang Galuh
5. Tari Rejang Bhayan
6. Tari Dayung
7. Tari Goak
8. Tari Manis Dalem
9. Tari Jejangeran
10. Tari Omang-Omang
11. Tari Mantuk Dedari.

F. Lagu Penuntun Sang Hyang Gandrung

Nyanyian yang di tembangkan Sebelum SangHyang Gandrung menari:

1. Dengklang Arja, yang dinyanyikan 3 kali
Lagunya :
Dongklang arja, pindange bayan pindange,
Pindang Dut-dut bekel meyong,
Meyonge rambut Sinarda
Olen ene Olen Kung
Dar dar kung
kek –kek kung,

2. Olog-Olog, yang dinyanyikan 3 kali
lagunya :
Olog-olog ne mangapung
nyuh mentung mededale
serintog serondengan
tinggal getok megelengan,

3. Kebyar-Kebyur, yang dinyanyikan 3 kali
Lagunya :
Kebyar-kebyur Pada makebyur
pakebyur ke gunung sari sidataa
lamun seneng ayu dedari
meriki turun medadi Sang Hyang
payas ida penganten sarwaning anyar

4. Enggal-enggal medali sang Hyang, yang dinyanyikan 3 kali
Lagunya :
Pang enggal-enggal menadi kumara gana
Eka mara sidhi, temulune munggah-munggah
pepelik medadi sanghyang

Pada saat hari terakhir upacara Sang Hyang Gandrung ini para krama desa pengarep diwajibkan untuk membawa tegen-tegenan atau salaran, adapun jenis yang dibawa yaitu pucil-pucilan, buah-buahan (pala bungkah, pala gantung), dimana ersembahan ini ditujukan untuk Ida Sang Hyang Widhi Wasa, sebagai ungkapan rasa syukur.dalam upacara ini akan dilanjutkan dengan proses upacara pecaruan panca warna yang ditujukan kepada para Bhuta kala/Bhuta kali.Dalam upacara ini dipuput oleh Balian Adat, yaitu Balian Luuran (Gede) dan Balian Alitan (pengesor)

Menurut Penuturan dari narasumber, bahwa dulu pernah terjadi wabah di desa Sidatapa, yang mana masyarakat di desa sidatapa banyak yang sakit dan terjangkit penyakit yang aneh seperti bisul-bisul, dan tidak sedikit warga yang mengalaminya setelah terjadi kejadian tersebut dan ini diercayai oleh warga bahwa hal tersebut terjadi akibat dari roh-roh jahat, maka di desa tersebut melakukan ritual Upacara Bhuta Yadnya Sang Hyang Gandrung untuk memberikan upah pada para Bhuta Kala agar tidak mengganggu lagi warga desa sidatapa, dan setelah dilakukan ritual itu sampai sekarang tidak ada lagi wabah penyakit yang menyerang Desa Sidatapa.

Menurut narasumber, penyarikan desa di Desa Sidatapa beliau menyatakan bahwa ada lontar yang menyatakan tentang upacara nanggluk merana yang pelaksanaanya dengan pementasan tari sang Hyang Gandrung, tapi sekarang lontar tersebut sudah tidak ada lagi, dan tanpa diketahui siapa tetua yang menyimpan lontar tersebut.sehingga sampai saat ini hanya cerita dari mulut kemulut tentang pelaksanaan upacara Tari Sang Hyang Gandrung dan tanpa ada bukti otentik atau sastra yang jelas yang bisa memaparkan tentang bagaimana Tari Sanghyang Gandrung tersebut, tapi upacara Bhuta yadnya dengan pementasan tari Sang Hyang Gandrung sudah turun temurun dilaksanakan dan dapat menanamkan etika serta pendidikan yang baik untuk warga desa. Sampai saat ini upacara Bhuta Yadnya Sang Hyang Gandrung masih tetap dilaksanakan oleh masyarakat di Desa Sidatapa.

2.2 FUNGSI TARI SANG HYANG GANDRUNG

Upacara Sang Hyang Gandrung merupakan tari sakral yang dipentaskan setiap 3 tahun sekali. Tari Gandrung adalah tarian persembahan kepada para dewa atas rahmat yang diberikan berupa panen yang melimpah kepada manusia. Tarian ini bisa disebut juga tarian ucapan terimakasih dan syukur kepada para dewa. Tari Gandrung yaitu sebuah tarian yang mana ditarikan di areal jaba Pura, yang fungsinya untuk menghilangkan musibah atau penyakit. Tarian Gandrung ditarikan oleh laki-laki sebanyak dua orang yang berumur sekitar lima belas.

Tari Gandrung Jika dilihat fungsinya, sebagai berikut :

A. Fungsi Religius

Dilihat dari religius atau agama khususnya dalam Agama Hindu, Tari Gandrung merupakan tari sakral yang adanya hanya di Desa sidatapa, dimana tarian ini sifatnya religius karna tari ini merupakan tarian yang dipersembahkan untuk Ida Sang Hyang widhi sebagai ucapan syukur berkat hasil panen yang melimpah serta juga untuk penakluk merana dari roh-roh jahat agar desa Sidatapa terhindarkan dari wabah penyakit. Tari gandrung tidak bisa dipentaskan sembarangan karena dalam pementasannya harus pada saat hari yang telah ditetapkan yaitu pada sasih karo ketiga, dan hanya dipentaskan 3 tahun sekali.

B. Fungsi Sosial

Tari Sang hyang Gandrung jika dilihat dari makna dipentaskannya tari ini adalah sebagai penolak bala (penangluk merana) dari roh-roh jahat , sehingga tentu saja ini tujuannya adalah untuk menghindarkan seluruh masyarakat desa dari mara bahaya.dimana kedepannya masyarakat tentu saja akan dapat hidup dengan tenang tanpa wabah penyakit.

C. Fungsi Edukasi

Tari Sang Hyang Gandrung merupakan tari sakral yang selain memiliki nilai sacral juga mengandung nilai-nilai pendidikan yaitu dapat mengajarkan kita sebagai umat hindu untuk senantiasa selalu melakukan upacara yadnya sebagai ucapan rasa syukur kepada Ida Sang Hyang Widhi dengan memberikan persembahan berupa hasil bumi. Secara tidak langsung upacara ritual ini akan mengajarkan bagi kita tentang bagaimana caranya bersyukur terhadap apa yang kita miliki serta memersembahkan apa yang kita dapatkan kepada sang pencipta.

2.3. MAKNA TARI SANG HYANG GANDRUNG

Jika dilihat dari kostum dan pementasanya tari sang Hyang Gandrung memang sedikit berbeda dengan tari-tari sakral yang biasanya dipentaskan pada saat upacara yadnya, dengan ciri khas pakaian yang tidak terlalu glamour tapi makna yang terkandung dari tari Sanghyang Gandrung sangatlah dalam dimana dalam upacara ini memiliki 2 tujuan sekaligus yaitu ditujukan kepada Ida Sang Hyang Widhi Wasa dan juga kepada para Bhuta kala.

Adapun makna filosofis yang terkandung dalam pementasan upacara tari Sang Hyang Gandrung adalah sebagai berikut:

1. Merupakan sebagai persembahan kepada Ida Sang Hyang Widhi Wasa, atas hasil panen yang melimpah.
2. Merupakan sebagai ungkapan rasa Syukur kepada para Dewa.
3. Sebagai penolak Bala atau musibah.
4. Sebagai penetralisir kekuatan negative dari roh-roh jahat.

SUMBER TULISAN:

http://hindudharmananda.blogspot.co.id/2013/04/tari-sang-hyang-gandrung-di-sidatapa.html

A. SEJARAH TARI SANG HYANG GANDRUNG DI SIDATAPA

Tari Sang Hyang Gandrung merupakan tari sakral yang di pentaskan setiap 3 tahun sekali, selama 42 hari, diadakan setiap penanggal Bali, Bulan/Sasih sekitar bulan Agustus sampai September.

Mengenai sejarah adanya Tari Sanghyang Gandrung tidak ada sejarah secara khusus, melainkan Tari SangHyang Gandrung ini merupakan tari ciptaan seorang seniman, yang dimana seniman tersebut juga tidak diketahui oleh nara sumber karena lontar yang menyatakan tentang Tari Sanghyang Gandrung ini sudah hilang dibawa oleh aparat desa terdahulu.

Tari Sanghyang ini diciptakan untuk menghilangkan musibah atau wabah yang dalam bahasa Balinya disebut Mrana. Sedangkan Tari Gandrung diciptakan sebagai tari persembahan kepadsa para Dewa atas rahmat yang di berikan berupa panen yang melimpah kepada manusia. Dan dalam pementasannya yang terlebih dahulu di tarikan adalah Tari Gandrung kemudian disusul oleh Tari Sanghyang.

Tari Sanghyang Gandrung merupakan sebuah seni yang sudah termasuk ke dalam suatu Seni Sakral. Jika dilihat dari sudut seni, tari Sanghyang Gandrung ini memiliki nilai seni dilihat dari segi gerak tari, iringan gong dan iringan lagu yang dapat menghibur dan memberikan tuntunan bagi orang yang menontonnya. Dan Tari Sanghyang Gandrung juga memiliki nilai sakral dilihat dari mulai persiapan pementasannya yang menggunakan banten tubungan (canang lembaran), pementasannya dipentaskan di areal Pura (jaba sisi) dan pementasannya setiap tiga tahun sekali serta tari Sanghyang gandrung ini memiliki fungsi dan makna yang sangat penting bagi masyarakat setempat.

Untuk hal-hal yang berkaitan khusus tentang Tari Sanghyang Gandrung terutama dilihat dari kostum penarinya disini kostum yang dipakai oleh penari sangatlah sederhana. Dikatakan kostumnya sederhana karena tidak menggunakan pakean tari pada umumnya yang sering kita lihat, melainkan penarinya memakai pakaianya yang mereka miliki sendiri dan seadanya. Adapun pakaian untuk penari wanitanya (penari Sanghyang), mereka memakai kamen, sabuk lilit (bebet), angkin, selendang rembang,dan hiasan kepala berupa bunga mas. Dan untuk penari pria (penari Gandrung) pakaiannya tidak jauh beda dengan penari sanghyang, yang membedakannya hanya di hiasan kepala. Penari Gandrung menggunakan hiasan kepala berupa hiasan tombol rejang tetapi ditambahkan dengan rumbai-rumbai dari tali plastik. Dalam pemakaian khusus tidak dituntun warna-warna khusus dan yang di tonjolkan disini adalah pemakaian kipas.

A. Pengertian Tari Sang Hyang Gandrung

Tari Sang Hyang dipentaskan oleh dua orang penari wanita yang masih bujang atau lebih, dimana ini merupakan simbolis dari penari kahyangan (Dedari). Tari Gandrung dipentaskan oleh dua orang penari laki-laki yang masih bujang atau lebih, dimana ini merupakan simbolis dari roh-roh (Butakala) sesuai dengan namanya Gandrung yang artinya digandrungi/disenangi oleh Gandaruwo/Buta kala. Dengan mementasan tarian ini semua roh-roh jahat yang bersifat negatif merasa terhibur untuk menyaksiakan pementasan tarian ini, para Buta Kala senang menyaksikan pementasan ini.

Upacara Sanghyang Gandrung merupakan tari sakral yang dipentaskan setiap 3 tahun sekali, selama 42 hari, diadakan setiap penanggalan bali Bulan /sasih karo-ketiga,sekitar bulan Agustus s/d September. Tujuan utama daripada mengadakan upacara Sanghyang Gandrung adalah untuk penolak bala (penanggluk merana ) dimana roh-roh seperti buta kala diberikan sesajen caru berupa tumpeng yang berwarna (panca warna) ditaruh di bawah sanggah cucuk dipersembahkan kepada para Buta Kala. Tumpeng yang berwarna putih sebanyak 2 buah ditaruh di sanggah cucuk dipersembahkan kepada Tuhan penguasa/pengendali para Buta Kala.

B. Rangkaian upacara Sanghyang Gandrung dari awal adalah sebagai berikut :

1. Diawali dengan nguduhang urak (menjalan arah-arah) dengan membawa lontar tertulis mengenai pelaksanaan upacara dan memberitahukan kepada kerama desa untuk membayar urunan dan ngaturang papeson sesuai dengan yang ditugaskan masing-masing kerama desa
2. Selanjutnya 3 ( tiga ) hari setelah Urak berjalan, baru diadakan pelaksanaan upacara piuning dan pecaruan, diadakan di utara desa celagi upacara ini merupakan upacara awal tujuannya mempersembahkan sesaji kepada penguasa laut (Betara Segara) tujuannya untuk menetralisir nyomya roh-roh. Pengganggu yg datangnya dari segara (laut) selama 3 hari diiringi dengan pelaksanaan tabuh rah,malamnya dipentaskantarian sanghyang gandrung.
3. Selanjutnya upacara sama seperti diatas diadakan di bencingah pura puseh desa bale agung tujuannya untuk mempersembahkan kepada penguasa yang berada di pura puseh desa bale agung dan menetralisir roh-roh yang bersifat negatif.
4. Selanjutnya upacara sama seperti di atas diadakan di pemedal Pura Dalem (pemangkala) untuk mempersembahkan sesajen kepada penguasa yang berada di Pura Dalem tujuannya untuk menetralisir untuk roh-roh yng bersifat negatif dari alam kuburan.
5. Setiap pelaksanaan upacara ini dipentaskan tarian berupa Sanghyang Gandrung Gandrung pada malam harinya.
6. Setelah rangkaian upacara ini berjalan selama 9 hari, baru diberikan kesempatan kepada krama desa untuk mempersembahkan tarian Sanghyang Gandrung sampai genap rangkaian upacara selama selama 42 hari
7. Upacara terakhir dari semua rangkaian upacara ini, diadakan upacara pecaruan, tabuh rah, dan mempersembahkan tegen-tegenan berupa hasil tanaman (pala bungkah, pala rambat, pala gantung) dipersembahkan kepada Tuhan penguasa alam Dewa Sangkara.

C. Sarana/Banten yang digunakan sebelum pementasan Tari Sang Hyang Gandrung.

1. Tubungan (Canang lembaran), ini merupakan banten utama yang dipakai sebelum pementasan tari Sang Hyang Gandrung.dan adapun sarana pendukung dari canang Tubunagan ini adalah:
a. kelungah(kelapa muda)
b. canang sari
c. canang raka
d. Base Palpalan
e. caru
f. tikar
g. tuak
Yang mana perlengkapan banten ini dibawa oleh krama desa yang sudah menikah dan proses kekenan banten ini dilakukan secara bergilir.

2. Segehan panca warna, ini juga termasuk banten yang utama selain canang tubungan.

D. Nama –nama Tari Gandrung:
1. Tari Pelayonan
2. Tari Jang Galah Gandrung
3. Tari Pengerangrang
4. Tari Made Cenik
5. Tarian Topeng
6. Tari Baris
7. Jogedan Gandrung
8. Tari Ronggeng
9. tari Omang-omang

E. Nama-nama Tarian Sang Hyang
1. Tari Sekar Jepun
2. Tari Sekar Melati
3. Tari Sekar jamtit
4. Tari Rejang Galuh
5. Tari Rejang Bhayan
6. Tari Dayung
7. Tari Goak
8. Tari Manis Dalem
9. Tari Jejangeran
10. Tari Omang-Omang
11. Tari Mantuk Dedari.

F. Lagu Penuntun Sang Hyang Gandrung

Nyanyian yang di tembangkan Sebelum SangHyang Gandrung menari:

1. Dengklang Arja, yang dinyanyikan 3 kali
Lagunya :
Dongklang arja, pindange bayan pindange,
Pindang Dut-dut bekel meyong,
Meyonge rambut Sinarda
Olen ene Olen Kung
Dar dar kung
kek –kek kung,

2. Olog-Olog, yang dinyanyikan 3 kali
lagunya :
Olog-olog ne mangapung
nyuh mentung mededale
serintog serondengan
tinggal getok megelengan,

3. Kebyar-Kebyur, yang dinyanyikan 3 kali
Lagunya :
Kebyar-kebyur Pada makebyur
pakebyur ke gunung sari sidataa
lamun seneng ayu dedari
meriki turun medadi Sang Hyang
payas ida penganten sarwaning anyar

4. Enggal-enggal medali sang Hyang, yang dinyanyikan 3 kali
Lagunya :
Pang enggal-enggal menadi kumara gana
Eka mara sidhi, temulune munggah-munggah
pepelik medadi sanghyang

Pada saat hari terakhir upacara Sang Hyang Gandrung ini para krama desa pengarep diwajibkan untuk membawa tegen-tegenan atau salaran, adapun jenis yang dibawa yaitu pucil-pucilan, buah-buahan (pala bungkah, pala gantung), dimana ersembahan ini ditujukan untuk Ida Sang Hyang Widhi Wasa, sebagai ungkapan rasa syukur.dalam upacara ini akan dilanjutkan dengan proses upacara pecaruan panca warna yang ditujukan kepada para Bhuta kala/Bhuta kali.Dalam upacara ini dipuput oleh Balian Adat, yaitu Balian Luuran (Gede) dan Balian Alitan (pengesor)

Menurut Penuturan dari narasumber, bahwa dulu pernah terjadi wabah di desa Sidatapa, yang mana masyarakat di desa sidatapa banyak yang sakit dan terjangkit penyakit yang aneh seperti bisul-bisul, dan tidak sedikit warga yang mengalaminya setelah terjadi kejadian tersebut dan ini diercayai oleh warga bahwa hal tersebut terjadi akibat dari roh-roh jahat, maka di desa tersebut melakukan ritual Upacara Bhuta Yadnya Sang Hyang Gandrung untuk memberikan upah pada para Bhuta Kala agar tidak mengganggu lagi warga desa sidatapa, dan setelah dilakukan ritual itu sampai sekarang tidak ada lagi wabah penyakit yang menyerang Desa Sidatapa.

Menurut narasumber, penyarikan desa di Desa Sidatapa beliau menyatakan bahwa ada lontar yang menyatakan tentang upacara nanggluk merana yang pelaksanaanya dengan pementasan tari sang Hyang Gandrung, tapi sekarang lontar tersebut sudah tidak ada lagi, dan tanpa diketahui siapa tetua yang menyimpan lontar tersebut.sehingga sampai saat ini hanya cerita dari mulut kemulut tentang pelaksanaan upacara Tari Sang Hyang Gandrung dan tanpa ada bukti otentik atau sastra yang jelas yang bisa memaparkan tentang bagaimana Tari Sanghyang Gandrung tersebut, tapi upacara Bhuta yadnya dengan pementasan tari Sang Hyang Gandrung sudah turun temurun dilaksanakan dan dapat menanamkan etika serta pendidikan yang baik untuk warga desa. Sampai saat ini upacara Bhuta Yadnya Sang Hyang Gandrung masih tetap dilaksanakan oleh masyarakat di Desa Sidatapa.

2.2 FUNGSI TARI SANG HYANG GANDRUNG

Upacara Sang Hyang Gandrung merupakan tari sakral yang dipentaskan setiap 3 tahun sekali. Tari Gandrung adalah tarian persembahan kepada para dewa atas rahmat yang diberikan berupa panen yang melimpah kepada manusia. Tarian ini bisa disebut juga tarian ucapan terimakasih dan syukur kepada para dewa. Tari Gandrung yaitu sebuah tarian yang mana ditarikan di areal jaba Pura, yang fungsinya untuk menghilangkan musibah atau penyakit. Tarian Gandrung ditarikan oleh laki-laki sebanyak dua orang yang berumur sekitar lima belas.

Tari Gandrung Jika dilihat fungsinya, sebagai berikut :

A. Fungsi Religius

Dilihat dari religius atau agama khususnya dalam Agama Hindu, Tari Gandrung merupakan tari sakral yang adanya hanya di Desa sidatapa, dimana tarian ini sifatnya religius karna tari ini merupakan tarian yang dipersembahkan untuk Ida Sang Hyang widhi sebagai ucapan syukur berkat hasil panen yang melimpah serta juga untuk penakluk merana dari roh-roh jahat agar desa Sidatapa terhindarkan dari wabah penyakit. Tari gandrung tidak bisa dipentaskan sembarangan karena dalam pementasannya harus pada saat hari yang telah ditetapkan yaitu pada sasih karo ketiga, dan hanya dipentaskan 3 tahun sekali.

B. Fungsi Sosial

Tari Sang hyang Gandrung jika dilihat dari makna dipentaskannya tari ini adalah sebagai penolak bala (penangluk merana) dari roh-roh jahat , sehingga tentu saja ini tujuannya adalah untuk menghindarkan seluruh masyarakat desa dari mara bahaya.dimana kedepannya masyarakat tentu saja akan dapat hidup dengan tenang tanpa wabah penyakit.

C. Fungsi Edukasi

Tari Sang Hyang Gandrung merupakan tari sakral yang selain memiliki nilai sacral juga mengandung nilai-nilai pendidikan yaitu dapat mengajarkan kita sebagai umat hindu untuk senantiasa selalu melakukan upacara yadnya sebagai ucapan rasa syukur kepada Ida Sang Hyang Widhi dengan memberikan persembahan berupa hasil bumi. Secara tidak langsung upacara ritual ini akan mengajarkan bagi kita tentang bagaimana caranya bersyukur terhadap apa yang kita miliki serta memersembahkan apa yang kita dapatkan kepada sang pencipta.

2.3. MAKNA TARI SANG HYANG GANDRUNG

Jika dilihat dari kostum dan pementasanya tari sang Hyang Gandrung memang sedikit berbeda dengan tari-tari sakral yang biasanya dipentaskan pada saat upacara yadnya, dengan ciri khas pakaian yang tidak terlalu glamour tapi makna yang terkandung dari tari Sanghyang Gandrung sangatlah dalam dimana dalam upacara ini memiliki 2 tujuan sekaligus yaitu ditujukan kepada Ida Sang Hyang Widhi Wasa dan juga kepada para Bhuta kala.

Adapun makna filosofis yang terkandung dalam pementasan upacara tari Sang Hyang Gandrung adalah sebagai berikut:

1. Merupakan sebagai persembahan kepada Ida Sang Hyang Widhi Wasa, atas hasil panen yang melimpah.
2. Merupakan sebagai ungkapan rasa Syukur kepada para Dewa.
3. Sebagai penolak Bala atau musibah.
4. Sebagai penetralisir kekuatan negative dari roh-roh jahat.

SUMBER TULISAN:

http://hindudharmananda.blogspot.co.id/2013/04/tari-sang-hyang-gandrung-di-sidatapa.html

Sumber Foto : Jawapos.com